Menjadi OTB (Orang Tua Baru) di zaman yang serba modern dan serba
mengandalkan teknologi menjadikan mereka harus lebih kreatif dalam memberikan
pola asuh dan didikan yang di dalamnya mengandung nilai moral, norma dan tentu
saja edukasi kepada sang buah hati. Karena sekarang ini banyak yang beranggapan
bahwa akan terasa lebih mudah jika menggunakan “gadget”.
Gadget sekarang ini bisa dikatakan sudah masuk ke dalam daftar kebutuhan primer
yang wajib dimiliki oleh siapa saja. Mulai dari kalangan anak – anak hingga
orang dewasa, penjual sate hingga pejabat. Semua menganggap, dengan gadget
segala macam kegiatan akan dimudahkan.
Nah, bagi orang tua yang pola pikirnya sudah jauh lebih berkembang
dari anak usia 5 Tahun, tentu akan dapat memilah dan memilih mana kegiatan yang
perlu dilakukan menggunakan gadget. Orang tua juga pasti bisa mengatur atau
membuat jadwal kapan harus menggunakan gadget untuk mencari informasi penting
dan berkomunikasi, kapan harus berhenti berdekatan dengan beragam benda
elektronik tersebut dan mencari kesibukan lain yang tidak kalah menarik dari
mengoperasikan barang tersebut.
Lain halnya dengan anak – anak. Mereka belum dapat mengontrol diri
mereka untuk membuat jadwal yang teratur kapan harus menggunakan gadget untuk
sekedar menghibur diri mereka dan kapan harus berhenti kemudian melakukan
kegiatan lain yang sama sekali tidak berdekatan dengan beragam alat elektronik
itu.
Disinilah tuntutan menjadi orang tua yang kreatif diuji. Sejauh
mana mereka dapat membuat rutinitas menarik, edukatif dan tentu saja bertanggungjawab
tanpa membuat anak merasa bosan dan merasa terbebani dengan rutinitas yang
sudah dibuat lalu ditetapkan para orang tua. Karena secara psikologis, anak
merupakan sosok yang mudah bosan apalagi dengan rutinitas yang bisa saja terasa
menjemukan.
Terkadang, bisa saja anak diam – diam akan mencoba untuk melanggar
rutinitas yang dibuat orang tua mereka. Atau mungkin, anak akan
melakukan rutinitas yang mungkin saja biasa dilakukan oleh orang tua dari hasil
mereka mengamati. Seperti misalnya : makan bersama keluarga dengan ponsel yang
berada tidak jauh dari jangkauan tangan sang ayah yang super sibuk, atau sang
ibu yang sedang mencuci piring bertumpuk - tumpuk lalu sebentar – sebentar akan
mengecek ponselnya untuk sekedar mengobrol melalui aplikasi obrolan.
Anak tentu akan meniru tindakan seperti itu, jika tidak mendapat
pendampingan yang baik dan benar dari para orang tua. Untuk itu, para orang tua
harus sadar bahwa mendidik anak bisa dibilang susah – susah gampang.
Tanggungjawab yang inspiratif pun diperlukan tanpa terkesan mengikat agar si
anak memiliki sikap dan kepribadian yang diinginkan.
Kita bisa menggunakan gadget tidak hanya sebagai sarana yang
bermanfaat tapi juga mengandung unsur kreativitas sederhana namun sarat
akan nilai edukasi. Sebagai contoh : seorang ibu sedang membaca majalah berisi
menu masakan sambil menunggu panggilan video anak perempuannya yang sedang
berangkat sekolah. Setibanya di sekolah, sang anak akan melakukan panggilan
video lalu bersama sang ibu merencanakan menu makan siang yang sudah disepakati
harus ada lauk, sayur dan buah. Bisa saja sang ibu juga mengajak teman – teman
dari anaknya untuk ikut berdiskusi dengan hadiah satu bekal makanan sehat yang
dibawa keesokan harinya.
Jika anak tersebut masih berusia dini, dampingi selalu sang anak
untuk bermain gadget ketika memang sudah jadwalnya. Selalu pastikan bahwa video
atau permainan yang ada di dalam gadget tersebut memiliki nilai edukasi. Satu
contoh : seorang ibu bersama anaknya sedang bermain menonton video bersama. Sang
Ibu harus memastikan bahwa video yang ditonton sarat akan nilai yang positif.
Lalu sesekali, ajaklah anak anda untuk berdiskusi dengan menyesuaikan gaya
bahasa mereka mengenai video yang selesai dia tonton. Misalkan video tentang
kartun. Biarkan anak anda menonton kartun tersebut sampai selesai dengan
peraturan yang telah disepakati yaitu fokus dan penuh konsentrasi. Kemudian,
ajak anak anda berdiskusi mengenai nilai positif dan nilai negatif dari kartun
yang selesai dia tonton. Berikan kesimpulan, evaluasi sambil tentu saja
memberikan suntikan nilai – nilai yang positif agar si anak dapat mewujudkannya
dalam kehidupan nyata.
Memang, kedengarannya seperti terlalu berlebihan dan hanya sekedar
ucapan yang teramat manis. Namun, tindakan dan kebiasaan tersebut membutuhkan
kebiasaan dan kesadaran yang tidak kecil. Menanamkan kebiasaan yang baik dan
menumbuhkan kesadaran yang positif tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Orang tua harus punya konsekuensi dari apa yang yang sudah dibuat dan
disepakati.
Jika orang tua ingin memiliki buah hati yang sarat akan
kreativitas dan nilai moral tinggi, tentu membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran
dari pihak ayah dan juga pihak ibu. Tidak bisa serta merta ketika ingin anak
yang kita besarkan tumbuh menjadi pribadi yang baik, lalu dengan mengucapkan
bimsalabim, abrakadabra! Lalu si anak akan menjadi dewasa sesuai yang
diharapkan orang tua.
Pihak orang tua dan pihak anak perlu menyepakati aturan yang telah
disepakati bersama, baik dari segi ragam rutinitas, pencapaian yang diperoleh
sang anak termasuk konsekuensinya jika melanggar aturan tersebut. Sehingga
kedua belah pihak sama – sama akan belajar menjadi pribadi yang lebih baik di
setiap harinya.
Karena terus terang saja. gadget ibarat sebuah pisau yang sudah
diasah tajam. Dari satu sudut pandang, bisa menjadi alat yang memupuk tingkat
perbaikan ilmu, moral dan norma dari pihak orang tua dan anak. Tapi dari sudut
pandang yang lain, juga sangat mudah menjadi senjata yang dengan mudah melukai
dan menyayat masa depan keluarga tersebut.
Nah, maka dari itu, pengetahuan yang luas tentang mendidik anak
yang kreatif, inspiratif dan edukatif perlu dimiliki orang tua. Diharapkan,
dengan bekal yang lebih dari cukup, bisa membesarkan sang buah hati sesuai
dengan apa yang menjadi cita – cita para OTB. Bisa dengan membaca literasi,
melakukan konsultasi dengan para ahli, atau mungkin berdiskusi dengan orang tua
dan kerabat mereka. Semakin banyak ilmu, pengetahuan dan sumber yang didapat oleh para OTB,
semakin kreatif pula cara dan sudut pandang mereka dalam mendidik buah hati di
zaman yang serba mengandalkan gadget ini.
Tidak ketinggalan dukungan yang begitu luar biasa dari keluarga, pakar pendidikan,
kerabat dan pihak – pihak terkait merupakan hal yang tidak kalah penting demi
mewujudkan generasi penerus bangsa yang bisa sesuai dengan yang dicita –
citakan.
Meskipun ilmu, pengetahuan dan sumber sudah didapat dengan jumlah
bergudang – gudang, tapi tidak ada satupun pihak yang membantu maupun
mendukung, tentu saja akan menjadi kesulitan tersendiri bagi para OTB.
Otomatis, bersiap – siaplah menjadi orang tua yang pusing dengan sosok buah
hati yang memiliki watak dan pola pikir yang berlawanan prinsip.
Jadi, persiapan mental, fisik dan biaya adalah hal terpenting
dalam mengasuh anak di zaman yang serba canggih ini. Dengan ketekunan dan
keteguhan hati serta konsekuensi yang selalu siap ditanggung bersama, yakinlah
bahwa masa depan yang positif bisa menjadi capaian akhir dalam hidup. #sahabatkeluarga
(berdasarkan referensi : https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/?r=tpost/xview&id=4923)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar